pernah merasakan betapa sumpeknya terjebak kemacetan di jalanan kota? pernah merasa sangat kesal, tiada harapan, bahkan serasa mau teriak – teriak seperti orang gila saat berhadapan kepada situasi lalu lintas yang semrawut? kalo iya, kita senasib. hampir semua orang yang tinggal di kota besar harus rela atau lebih tepatnya harus mau menerima risiko terjebak kemacetan tiada ujung. bahkan ada orang yang begitu keluar dari pintu gerbang rumah sudah harus rela berjejalan di tengah kemacetan.
tapi aku tidak suka menyebut macet itu adalah risiko. kemacetan sebenarnya adalah sebuah pilihan. seperti juga kehidupan kita. mau macet atau mau lancar? mau menjadi agen perubahan atau sekedar tukang ngeluh?