kemaren ada seorang pengunjung blogku, oom ngeditors, yang ‘protes’ kenapa aku slalu menggunakan huruf kecil di tulisan. dia pikir caps lock di komputerku rusak. baca lengkapnya […]

memilih tidak menggunakan EYD dalam menulis blog merupakan salah satu pilihanku untuk sejenak lepas dari rutinitas kantor yang selalu bersuasana formal. ngeblog adalah salah satu ekspresi diri, wadah untuk menyalurkan segala ide/ gagasan baik yang normal sampe bagi sebagian orang dianggap sebagai hal yang gila. setidaknya begitu menurutku. meskipun banyak sekali blog yang justru berisi jurnal ilmiah, yang harus dituliskan dengan framework penulisan baku karya ilmiah.

dalam menjalani hidup ini, sejak kecil kita dijejali dengan kata ‘boleh’ dan ‘tidak boleh’, bahkan seringkali kita sendiri tidak tau mengapa yang ini boleh dan yang itu tidak boleh. namun bagiku, tidak ada lagi ‘boleh’ dan ‘tidak boleh’, yang ada hanya ‘perlu’ dan ‘tidak perlu’

apakah menulis blog tidak boleh melenceng dari aturan EYD? jawabku jelas, bagiku menulis blog boleh saja menggunakan EYD tapi apakah perlu? untukku tidak perlu.

mencoba memahami suatu hal yang sama sekali baru bagiku adalah suatu tantangan. sama halnya ketika aku mulai belajar gTumo dan kriya yoga 5 tahun lalu. hambatan bagi sebagian orang ketika belajar sebuah ilmu metafisika adalah kegamangan akan boleh tidaknya agama mengatur. itu bukan perkara bagiku, karena aku anggap ilmu metafisika, spiritualisme, adalah hal yang sangat perlu untuk dipelajari. sungguh sangat menyesal ketika sekarang aku sadar, kok tidak dari dulu mendalami spiritualisme lewat yoga.

kini, semakin aku sadar, jangan pernah untuk dibatasi dengan mindset yang sempit di otak kita. cobalah sejenak keluar dari apa yang selalu kita lakukan dan percayai. ingat di luar sana banyak sekali hal baru yang bisa kita peroleh manfaatnya, minimal untuk diri sendiri.